Tuan Cicak

Tak ada yang salah dengan Tuan Cicak. Aku yang salah karena benci dengan Tuan Cicak. Aku benci tiap melihat Tuan Cicak merayap di tembok rumahku, dan ketika Tuan Cicak diam- diam mengendap di lantai, di dekatku.

Aku benci ketika aku menemukan Tuan Cicak ada di meja makan, merayap di atas santapanku, atau berada di antara piring- piring, ugh. Sebenarnya tak ada yang salah dengan Tuan Cicak, mungkin Ia hanya  berusaha mencari makan untuk dirinya sendiri, atau untuk Ibu Cicak dan anak- anak Tuan Cicak dan Ibu Cicak. Aku yang salah karena benci dengan Tuan Cicak, sedangkan Tuan Cicak sendiri seekor Cicak. Bukan salahku kalau Tuan Cicak diciptakan sebagai Cicak. Aku saja yang salah karena membenci cicak.

Aku benci dengan bentuknya, terlihat begitu elastis dan cenderung transparan. Aku benci bagaimana Tuan Cicak bergerak, mengendap, apalagi dengan bunyi 'cek cek cek cek' ekor nya. Aku benci dengan bagaimana Ia melarikan diri ketika aku mengetahui keberadaannya, begitu gesit namun menakutkan. Bagaimana Ia melompat dari tembok ke meja makanku kemudia menjelajah di atas makanan- makanan yang ada.

Pernah aku, suatu kali bertemu Tuan Cicak pada saat yang tidak menyenangkan. Waktu itu aku memegang gagang pintu hendak membukanya, ternyata Tuan Cicak ada disana. Sepertinya aliran darahku meningkat 1000 kali tekanannya, apalagi ketika menyaksikan Tuan Cicak kemudia meloncat ke lantai, jantungku serasa ikut loncat.

No comments:

Post a Comment