Menjadi Manusia

Belum lama ini saya berhadapan dengan beberapa orang yang ngomong "Terserah orang lah mau mikir kayak gimana" tentang diri mereka. Dan ternyata, ada yang perlu dipahami dari kata- kata kayak gitu.

Kalimat itu menjadi 'baik' kalo yang dilakuin memang beneran bener, membawa hal yang positif terhadap diri kita, tanpa 'efek samping' pada pihak mana pun. 

Tapi buat kasus yang saya alamin ternyata beda. Mereka bilang, "Terserah orang lah mau mikir kayak gimana" buat sesuatu yang jelas- jelas salah, maka kalimat tadi juga seketika jadi salah besar.

Kesel iya, gemes pasti.

Pernah saya, membaca sebuat tulisan di Museum Sangiran yang berbunyi, 

"Menjadi manusia berarti harus terus belajar, kreatif, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama."

Ketika kita kita ngomong "Terserah orang lain mau mikir kayak gimana" untuk sesuatu yang salah, saya jadi sadar, ketika itu pula kita berhenti belajar. Ketika ada orang lain yang usaha buat nyadarin kita tentang apa yang kita perbuat ternyata salah, dan kita tetep mertahanin kalimat tadi, maka saat itu pula kita buta. 

Saya ngerti, orang tetep metahanin kata- kata tersebut karena mereka sedang merasa senang sama apa yang mereka perbuat. Namanya orang lagi seneng, pastinya nggak mikir itu bener apa enggak, kalaupun sadar itu salah, mereka tetep ngelakuin apa yang mereka perbuat dan nggak memperbaiki apa yang salah, ya karena mereka seneng.

Saya jadi berharap, ketika saya ngelakuin kesalahan, entah sekarang atau suatu saat nanti, Tuhan sabar buat membuka mata saya, biar saya sadar sama apa yang saya lakuin, mau belajar memperbaiki masalah, dan berusahabuat nggak ngulangin kesalahan yang sama, biar saya nggak jadi orang yang mertahanin keteguhannya buat sesuatu yang salah, biar saya jadi manusia yang ngelakuin hal yang nggak cuma bener buat saya, tapi bener juga buat orang lain, biar nggak ada pihak- pihak yang tersinggung atau malah sakit hati.

Tadaaaa!

Hai, tanaman.


Launching Album Sangkakala "Heavymetalithicum"




Siklus Hidrologi



Jadi saya "mosting" ini bukan maksudnya sok pinter apa sok rajin ya. Yang perlu disadari bahwa saya nggak pinter dan nggak rajin. Dan perlu diketahui juga, presentasi hidrogeologi pun saya revisi.

The Cranberries- Animal Instict


Setiap orang punya naluri hewani.
Menurut saya sih, ya karna memang kita ini golongan hewan (animalia)

Oh oke, ini hari ibu. Oke.

Oke cukup. Hari ini emang hari ibu. Entah kenapa semua orang yang emang tulus mengutarakan atau sekedar kagetan nulis di media sosial tentang ibu.. ibak ibuk ibak ibuk.

Saya bukan anak yang deket sama ibu. Memang kebentuknya kaya gitu dari kecil. Untuk 'minal aidzinan' yang mungkin wajib aja kadang, eeee gimana gitu. Apalagi ngucapin selamat hari ibu, awkward banget pasti!

Trus pas ulang taun kemaren juga, tau- tau ibu saya bikin tumpeng dan ngasih selamat. Ya saya bingung lah, mikir ini ibu saya kenapa dah tumben banget, dan hasilnya awkward banget memang. Tapi mungkin aja cuma saya yang ngerasa kali ya..

Tapi saya tau dan percaya, saya dan ibu saya udah sama- sama tau lah, kayak gitu mah cuma formalitas, kita sih udah saling maafin dan nyelametin tanpa perlu disampaikan. Hehe.

daripada ngantuk

Apa aja yang dibawa waktu ke lapangan


Yah, gambar di baliknya tembus :)


Tuan Cicak

Tak ada yang salah dengan Tuan Cicak. Aku yang salah karena benci dengan Tuan Cicak. Aku benci tiap melihat Tuan Cicak merayap di tembok rumahku, dan ketika Tuan Cicak diam- diam mengendap di lantai, di dekatku.

Aku benci ketika aku menemukan Tuan Cicak ada di meja makan, merayap di atas santapanku, atau berada di antara piring- piring, ugh. Sebenarnya tak ada yang salah dengan Tuan Cicak, mungkin Ia hanya  berusaha mencari makan untuk dirinya sendiri, atau untuk Ibu Cicak dan anak- anak Tuan Cicak dan Ibu Cicak. Aku yang salah karena benci dengan Tuan Cicak, sedangkan Tuan Cicak sendiri seekor Cicak. Bukan salahku kalau Tuan Cicak diciptakan sebagai Cicak. Aku saja yang salah karena membenci cicak.

Aku benci dengan bentuknya, terlihat begitu elastis dan cenderung transparan. Aku benci bagaimana Tuan Cicak bergerak, mengendap, apalagi dengan bunyi 'cek cek cek cek' ekor nya. Aku benci dengan bagaimana Ia melarikan diri ketika aku mengetahui keberadaannya, begitu gesit namun menakutkan. Bagaimana Ia melompat dari tembok ke meja makanku kemudia menjelajah di atas makanan- makanan yang ada.

Pernah aku, suatu kali bertemu Tuan Cicak pada saat yang tidak menyenangkan. Waktu itu aku memegang gagang pintu hendak membukanya, ternyata Tuan Cicak ada disana. Sepertinya aliran darahku meningkat 1000 kali tekanannya, apalagi ketika menyaksikan Tuan Cicak kemudia meloncat ke lantai, jantungku serasa ikut loncat.

Agama Lagi

Saya pernah beberapa kali ngalamin diskriminasi kecil tentang agama. Dinilai nggak total dalam memeluk agama yang saya anut. Ya, memang saya akui saya bukan orang agamis, tapi kesungguhan orang siapa yang bisa tau.

Agama itu ya hubungan vertikal kita sama Tuhan. Yang paling tau iman kita, ya kita sendiri sama Tuhan. Orang lain enggak. 

Kadang saya heran sih kenapa orang lain sampe ada yang nilai kadar keimanan kita. Ya itu masih sepele mungkin itungannya, bahkan saya juga pernah liat orang men-tidak benar-kan agama lain secara terang-terangan, dan memicu keributan. Katanya Indonesia negara Bhineka Tunggal Ika, tapi masalah agama tingkat mikro semacem ini masih aja ada.


Apa patut orang yang notabene agamis, berpandangan seperti itu? Lalu dimana ajaran agamanya yang tentang jangan mengusik orang yang lain iman dan menjaga kerukunan sesama manusia. Agamis tapi bikin resah dengan alasan agamanya sendiri, menurut saya itu hal yang sangat berkebalikan.

Refleksi

Saya lupa saya udah pernah bahas masalah ini sebelumnya apa enggak, tapi saya pengen nulis lagi.
Belakangan saya suka ngerasa 'kecil' sama diri saya sendiri, semacam nggak ada satu pencapaian pun yang saya raih, sedangkan temen- temen saya udah pada jauh ke sebrang, sementara saya masih di sini- sini aja tanpa ada yang bisa dibanggain.

Nggak jarang saya ngomong sama diri sendiri, "Saya kan nggak kayak gini, jadi saya nggak hebat. Saya kan nggak kayak gitu, jadi saya nggak pinter. Saya kan nggak begini, begitu, jadi saya punya apa? Jadi saya bisa apa?" Sering tuh.


Orang bilang rumput tetangga selalu lebih hijau, ya kenyataannya rumput tetangga memang lebih hijau pikir, emang iya, emang bener. Dan kadang saya juga bingung, saya ini orang yang kebanyakan impian atau justru orang yang nggak punya impian? 


Saya tipe orang yang termotivasi sesaat. Ketika saya mendpat semangat, saat itu juga saya terbakar. Tapi toh api nggak bertahan lama. Setelah itu saya kembali jadi orang yang biasanya, penganut prokrastinasi tingkat tinggi buat semua urusan dan tugas- tugas saya. Saya udah banyak nerima domplengan dari banyak orang, tapi belum ada yang bisa bersarang lama di kepala saya. Ujung- ujungnya ya gini- gini aja.