Gunung, Sungai, Sawah

Jadi ceritanya sore tadi saya baru gambar- gambar iseng sama temen.
Teman saya berkata sambil menggambar "Nih, dulu jaman kecil diajarinnya gambar pemandangan gunung, sawah, jalan, sungai, sama matahari!"
Saya menimpali, "Kayaknya semua- semua diajarinnya gitu deh, kita selalu gambar itu pas lagi bingung gambar apa, soalnya itu gambar pertama yang diajarin sama orang tua kita."
Lalu teman saya pun berkata "O iya ya..guru juga, coy!"
Dari percakapan itu akhirnya saya kepikiran

Kita diajari gambar pemandangan gunung, sawah, jalan sama orangtua dan guru kita jadi gambar itu terus terekam di otak kita. 

Orangtua dan guru kita pun punya kecenderungan yang sama buat buat anak dan anak didiknya gambar kayak gitu. 

Apa dulu waktu kecil mereka juga diajari gambar yang sama, jadi mereka cenderung ngajarin kita gambar itu?

Terus apa yang ngajari mereka gambar juga diajari gambar yang kayak gitu? 

Sebenernya udah berapa generasi sih gambar gambar itu diajarkan lalu di turun-temurunkan?

Yahh lucu aja gitu..secara nggak langsung kita jadi tersetting untuk terus nerusin gambar yang samat. Mungkin, masih banyak hal lain di sana yang diperlakuin sama seperti 'gambar' itu, diwariskan, lalu melekat secara tak kasat mata.

G.u.r.u.

Sore ini saya iseng buka facebook, dan nggak sengaja saya liat foto teman saya waktu lagi ospek, dia kuliah di pendidikan guru SD. Ya, guru. Saya jadi inget mungkin sekitar 10 atau 11 tahun yang lalu, saat saya dan teman- teman saya masih duduk di sekolah dasar, ketika ditanya tentang cita- cita, sebagian besar teman, bahkan saya pun menjawab dengan lantang, "Jadi guruuu!"

Betapa seorang guru sangat kami junjung dulu. Jaman dulu ketika sosok guru adalah sosok yang kami ingin menjadi itu, adalah sosok yang pinter bangettt, adalah sosok yang jadi panutan kami, sosok yang kami hormati, sosok yang berwibawa sekaligus lucu.. Aaaah pokoknya lengkap! Dan sekarang, susah aja ngebayangin, temen saya yang lucu, gendut, konyol itu bakal jadi sosok yang pernah kami idamkan, dan tentunya dia harus siap kewalahan mengatasi tingkah polah anak kecil bandel nyebelin kayak kami dulu.

Ya, dulu. Sekarang si, kalo ditanya mau jadi apa jelas bakal beda sama jawaban 'jadi guru'. Makin dewasa, dunia kita menjadi lebih luas, sosok yang kita temui bukan hanya guru, dan cita- cita kita berubah. Yah tapi sehebatnya cita- cita, mungkin nggak akan tercapai kalo nggak ada guru.