Mari Kita Berdoa Sesuai Dengan...

Beberapa hari yang lalu, saya janjian ketemu sama temen lama saya. Cowok, dia seorang atheis, dan usianya 2 tahun di atas saya. Agak lama kami ngobrol, dan akhirnya sampai pada obrolan yang topiknya agak serius, tapi kamu ngobrol dengan tidak se- serius itu. 

Saya bercerita, ketika saya SMA saya memimpin doa, saya mengucapkan "Mari teman- teman, kita berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing. Berdoa mulai." 

Tiba- tiba guru saya memotong, beliau mengatakan bahwa apa yang saya katakan adalah salah. Menurut guru saya, bagian 'keyakinan' harus dihilangkan karena tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata beliau, "Kita cuma punya agama, bukan keyakinan, ayo ulangi lagi"

Dalam hati sebenernya nggak terima. Dalam kaidah sosial, Kalimat "Mari kita berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing" itu digunakan untuk menghormati orang yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Ya.., tidak mengakui adanya Tuhan dan tidak memeluk agama apapun adalah sebuah keyakinan. Kita kan makhluk sosial yang menghargai perbedaan bukan? Loh kalo gitu, apakah mereka berdoa? Berdoa pada siapa?

Dan kemarin saat saya bertemu, saya menanyakan hal itu, berhubung kita selalu santai kalau ngobrol. "Yaaah berdoa lah, tapi doa yang aku maksud itu lebih pada harapan. Kan banyak orang bilang doa adalah harapan. Ya sama, orang kayak aku ini juga berharap, tapi kepada alam dan nasib. Nasib kan kita yang menentukan.. dan nggak ada salahnya berharap" Jawab teman saya.

Ya, terjawab sudah. Dan sampai saat ini, saat saya harus memimpin doa, saya tetap menggunakan kalimat "Mari kita berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing, berdoa mulai"

No comments:

Post a Comment